Recent in Fashion

VIJ Tahun 1934 : Gelar Juara Tetap di Betawi (Bagian-3)


                                              

Setelah menaklukan kota Surabaya di tahun 1933, kini VIJ mengincar gelar juara Kampeonturnoi PSSI tahun 1933 yang diadakan di Solo.

Pemain-pemain VIJ diperkuat pemain-pemain terbaik klub anggota bond tersebut. Hasil dari kompetisi yang selalu bergulir di lapangan Laan Trivelli, Batavia Centrum membuat VIJ mempunyai skuat yang sangat hebat dan dipastikan mujarab.

Skuat VIJ tak banyak berubah dari skuat juara tahun 1933 di Surabaya. Si Merah-Poetih masih mengandalkan pemain cepatnya, yakni Enoch dan Boengboeng. Tengah pasukan Betawi ini juga diisi pemain top pada masanya, yakni Soeharna, Soenarto dan Hoedoro. 

Pasukan ‘penyelamat’ alias kiper dan bek juga menjadi salah satu kekuatan VIJ pada masa itu. Ijlas dan Boeng menjadi benteng tangguh ‘Djakarta’. Kiper Tobing yang menurut surat kabar Pemandangan saat itu sudah masuk usia tua, tapi masih mampu mengawal gawang VIJ dengan baik.

Perjalanan VIJ dimulai dengan Voordwedstrijden atau babak pendahuluan. Anak-anak Betawi berhadapan dengan bond dari Solo, Persis. Persaingan Betawi dan Solo memang tak asing di era 1930an. Kedua bond Indonesier itu memang memiliki tim yang tangguh di masanya.

Babak pendahuluan berlangsung di Laan Trivell alias kandang dari VIJ. Di laga inilah, semangat kebangsaan kaum pribumi mulai meninggi. Warga di Betawi berondong-bondong menyaksikan laga Jacatra-Solo ketimbang laga VBO yang memastikan gelar jawara Batavia bagi klub Hercules di Deca Park. 

Propaganda untuk menyaksikan laga dua bond Indonesia itu dilakukan melalui surat kabar yang ada di Betawi. Pemandangan sampai membuat kolom iklan yang besar dan hampir setengah halaman untuk mengajak kaum pribumi untuk mau datang ke Laan Trivelli.

Cara itu berhasil. VIJ pun didukung banyak orang yang tinggal di Betawi, namun bukan hanya laga VIJ-Persis saja yang membuat lapangan dipenuhi penonton, melainkan tumbuhnya rasa nasionalisme dalam sepak bola yang membuat VBO dan NIVB ketar-ketir dengan pengaruh PSSI di tahun itu.

Laga VIJ-Persis menaruh minat yang besar bagi warga pribumi, apalagi VIJ menyandang jawara Jawa Barat dan Persis jawara Jawa Tengah. Persis datang dengan kekuatan yang cukup solid, dengan Maladi sebagai pemimipinnya. Kiper terbaik pribumi pada masa itu cukup membuat serangan VIJ laksana menemui tembok. 

Permainan Persis yang diwartakan oleh Pemandangan juga tak begitu keluar aslinya. Pemain kiri dalam Persis bernama Wijono, bahkan sering diteriaki dengan nama ‘Djoni’ oleh penonton. Tentu hal itu cukup membuat permainanya yang cepat tak terlalu keluar.

VIJ berhasil memanfaatkan faktor tuan rumah. Gol Soenarto dan Hoedoro cukup membuat VIJ mempunyai bekal manis untuk dibawa ke Solo, sebagai tuan rumah Stedentournooi PSSI.

Kejuaraan PSSI di Solo itu secara resmi dibuka oleh ketua umum PSSI, Ir. Soeratin Sosrosoegondo. Dan tugas berat menanti VIJ yang akan menghadapi PSM Madiun dan SIVB Surabaya. Surabay masih penasaran menjajal kekuatan VIJ apalagi setelah kesempatan juara di kandang sendiri tahun 1933 harus pupus oleh VIJ.

Source: Laman Persija 2016

Subscribe Our Newsletter

avatar
"Dengan berbicara di belakang, berarti kau cukup menghargai keberadaanku untuk tidak bertingkah di depan mukaku."

Related Posts

0 Komentar

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Parallax

Iklan Tengah Artikel

Iklan Bawah Artikel